Oleh ; Eneng Humaeroh
Kesadaran berpolitik,
berasal dari dua kata yakni kata ‘kesadaran’ dan kata ‘politik’. Dalam kamus
bahasa Indonesia kata ‘kesadaran’ memiliki arti keinsafan; keadaan mengerti
terhadap sesuatu, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kata ‘berpolitik’
berarti menjalankan (menganut paham)
politik; ikut serta dalam urusan politik. Kesadaran berpolitik dapat diartikan
seseorang yang berperan serta secara aktif dalam urusan politik atau menjadi
anggota partai politik, atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik dan
melakukannya dengan kesadaran dan tanggungjawab penuh.
Kesadaran politik
adalah langkah seseorang dalam peranan politik, memberikan warna serta
memberikan ide dan gagasan cemerlang terhadap politik yang dianutnya.
Generasi muda
semestinya proaktif dalam politik namun sedikit sekali yang berani tampil dalam
politik. Wajah perpolitikan saat ini memang
buruk, sarat dengan isue-isue negative menyurutkan langkah seseorang yang
memiliki idealisme tinggi untuk berkarir di ranah politik.
Pandangan masyarakat
terhadap politik masih negative, hal itu dikarenakan pelaku-pelaku politik
tidak mampu menunjukan sikap dan kepribadian yang pantas. Prilaku sombong,
elitis dan semena-mena banyak ditunjukan para kader politik, tindakan-tindakan
menyakitkan sepert berbohong serta tipu muslihat, dan juga perilaku amoral membuat wajah politik menjadi buram.
Banyaknya pemberitaan
di media tentag pelaku-pelaku korupsi, perbuatan amoral dalam tayangan video mesum
cukup membuat orang bergidik dan melemparkan pendapat sinis, politisi amoral,
politisi mesum, politisi koruptor.
Dengan wajah buram politik
seperti ini mampukan partai politik menarik minat calon-calon politisi yang
memiliki jiwa patriotik, idealisme yang tinggi, memiliki integritas serta
perjuangan membangun citra politik yang segar? Tugas kader partai politiklah yang
semestinya memberikan pendidikan politik kepada calon-calon kader partai, calon
pengusung atau tim sukses, serta calon konstituen.
Jika menilik keidealan
politik, maka kesadaran berpolitik bukan hanya ditujukan kepada kader-kader di
tubuh partai politik, tetapi setiap orang yang memahami bahwa sebagai wagra
Negara mempunyai tanggungjawab penuh atas pilihan politik, memiliki kesadaran terlibat
dalam kegiatan politik, serta setiap orang yang memiliki kesadaran bahwa ia
merupakan bagian dari politik, maka sejatinya setiap warga Negara harus berkesadaran
dalam politik yang dengan tanggungajawabnya itu ia memberikan pilihan
politiknya kepada partai politik yang ideal sebagai partai yang memahami
kebutuhan rakyatnya, menjadi citra bagi negeri dan juga sinergitas tinggi dalam
membangun pondasi yang kuat bagi peradaban bangsanya.
Ada beberapa pertanyaan
dibenak penulis, adakah contoh kongkrit yang diberikan partai politik, pelaku
politik atau proses politik yang memberikan pendidikan politik kepada
konstituennya? sehingga konstituen memahami dengan benar bahwa setiap orang
harus mempunyai kesadaran politik.
Pendidikan politik
merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan pemahaman politiknya melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Kita Sering menyaksikan
orang atau badan atau lembaga hanya menjadi tim sukses seseorang atau partai politik
tanpa memikul tanggungjawab pendidikan politik kepada konstutuennya (pemilih)
sehingga yang terjadi penghalalan segala cara dengan memberikan informasi yang
salah, membohongi rakyat asalkan orang yang diusungnya menang. Sikap tim sukses yang tidak peduli calon yang
diusungnya memiliki integritas apa tidak, memiliki kapasitas yang laik atau
tidak, bahkan memiliki akhlak yang baik atau tidak. Semua itu tidak menjadikan
ukuran karena yang penting adalah, sebagai tim sukses ia mendapatkan imbalan
dari orang atau partai yang diusungnya. Dan tindakan seperti itulah yang
kemudia hari mencelakakan semua pihak, orang atau partai yang diusungnya tidak
mampu menjalankan roda politik dengan benar, rakyat menjadi lebih sengsara
serta Negara menjadi terpuruk.
Partai politik atau
juga orang yang memiliki tujuan politik, untuk kesuksesan dirinya banyak
mendatangi tokoh masyarakat, para mualim, cendikia atau tim-tim sukses untuk
menyukseskan target-target politiknya. Disinilah para tokoh atau mualim
memiliki tanggungjawab moral untuk memberikan pandangannya terhadap tokoh
politik tersebut laik atau tidak diberikan dukungan.
Mualim, tokoh
masyarakat atau tim sukses seharusnya bertanggungjawab terhadap orang atau
partai yang diusungnya apakah baik atau tidak untuk konstituen, memberikan
kemaslahatan atau menjadikan kemudharatan apabila dimenangkan.
Tindakan tim sukses
inilah yang menjadi ujung tombak apakah orang atau partai yang diusung itu baik
atau tidak. Masyarakat awam tidak mengetahui apa itu partai politik, apa itu
kader partai dan apa yang dilakukan partai dalam memperjuangkan hak-hak rakyat,
apa yang dilakukan partai terhadap kebutuhan masyarakat. Masyarakat hanya
sebagai obyek politik, dibohongi serta diberikan janji-janji manis yang tidak
pernah menjadi bukti, malah ketidakpahaman rakyat terhadap partai politik
dijadikan barang dagangan, komoditi yang dijual lalu kemudian dihisap segala
potensi kehidupan rakyat.
Dalam konteks kesadaran
politik, tokoh masyarakat, mualim serta tim sukses seharusnya membimbing dan
memberikan pendidikan politik agar calon pemilih menjatuhkan pilihan politiknya
kepada orang yang tepat.
Sebagai tim sukses
dikatakan sukses apabila mampu menjadi tim sukses dari partai politik atau
orang yang tepat, partai yang memperjuangkan hak-hak rakyat, memberdayakan dan
mengayomi rakyat, memiliki akhlak yang baik, mampu menyerap aspirasi
masyarakat, memiliki dedikasi untuk membangun masyarakat, mempunyai loyalitas
terhadap bangsa, serta sebagai kader partai selalu membangun pondasi politik
dengan benar dan bertanggungjawab.
Orang yang
memiliki tujuan politik dan partai politik yang memiliki ciri ideal, adalah
mempunyai dinamisme yang tinggi, respon yang positif terhadap kebutuhan rakyat,
memiliki intelektual yang tinggi, memahami azas partai serta memahami keadaan
daerah pemilihannya. Namun rakyat masih sering dikecohkan oleh orang atau
partai politik yang populer, orang yang pandai bermanis muka serta tampang yang
bagus sementara tidak memiliki kecakapan dan kapasitas yang cukup, namun dengan
popularitas dan uangnyalah ia mampu melenggang menjadi orang yang dipilih serta
partainya menang, namun kemudian dibelakang hari nyata bahwa sikap dan
prilakunya tidak peduli kepada rakyat yang telah memilihnya, malah menjual
ketidakberdayaan rakyat hanya demi kepentingan partai dan mempertahankan
kekuasaannya semata.
Melihat
fakta-fakta seperti itulah, maka penulis mengajak kepada kaum alim, cendikia,
tokoh masyarakat serta orang atau lembaga yang menjadi tim sukses untuk lebih
arif, cerdik serta mengetahui kapasitas, intelektual, integritas serta idealisme orang atau partai yang ditawarkan kepada
masyarakat (konstituen) agar masyarakat tidak terjerumus memilih orang yang
salah atau partai yang salah, agar kesengsaraan rakyat tidak kembali terulang
sepanjang pemilu. Hal itu adalah suatu tindakan kesadaran politik yang
memberikan pendidikan politik sehingga masyarakat mempunyai kesadaran memilih
sebagai suatu tanggungjawab dan moralitas dan memberikan pilihannya kepada yang
orang atau partai yang tepat.
Dengan demikian
hanya partai dan orang-orang cerdik pandai, loyal, berdedikasi tinggi, memiliki
integritas dan idealisme, mampu membuat keputusan yang cepat serta memberikan
ide-ide cemerlang yang dibutuhkan bangsa untuk membangun yang dipilih rayat.
Asumsinya jika kursi DPR hanya diisi oleh orang-orang yang benar-benar memiliki
kapasitas maka negeri ini mudah dibangun, maju serta makmur sentosa karena para
cerdik dan orang-orang jujur yang menjadi pengendali, mengawasi serta membuat
perencanaan yang tepat yang dibutuhkan negara dan rakyatnya, sehingga benarlah
apa yang dikatakan Hatta Rajasa, “Kemajuan
dan Kemunduran Sebuah Negara Sangat Tergantung Dari Paran Generasi Muda.
Gagasan dan Ide Cemerlang Kaum Muda Akan Sangat Menentukan Arah Kebijakan
Negara dan Kemakmuran Yang Akan Diraih Di Masa Mendatang"
Dengan melalui
tindakan politik, kesadaran politik, pendidikan politik serta belajar dari
kesalahan yang telah berlalu dan tidak mengulangi kesalahan yang sama yakni
memilih orang dan partai yang salah, maka di Negara ini hanya ada orang-orang
pandai dan berakhlak yang berada di kursi DPR sehingga mampu membuat kebijakan
yang benar dan berpihak kepada rakyat, memberikan gagasan-gagasan cemerlang,
membuat kebijakan yang tepat, maka Indonesia menjadi Negara makmur bukan
sebatas impian tetapi menjadi kenyataan. (EH/RajaBanten)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar