GLOBALISASI
DUNIA PENDIDIKAN
Fakta bahwa Pendidikan
Bangsa Indonesia berkiblat kepada neoliberalis semakin terasa dampaknya, hal
itu tentu saja karena kewajiban bagi Negara-nregara anggota WTO dengan
kesepakatan GATS (General Agreement on Trade in Service) yang mengatur
perdagangan 12 sektor jasa antaralain layanan kesehatan, teknologi informasi
dan komunikasi, jasa akuntansi dan pendidikan selama hayat, serta jasa-jasa
lainnya.
Negara-negara kapitalis
sangat menginginkan liberalis pendidikan , karena dengan begitu negaranya
mendapatkan keuntungan dari ekspor jasa pendidikan. AS mengantongi keuntungan
sebesar US $ 14 Milyar atau Rp 126 Trilyun dari jasa pendidikan, sungguh nilai
yang sangat fantastis.
Indonesia
merupakan pasar jasa pendidikan yang
sangat potensial, dengan jumlah penduduk
sekitar 215 juta. Jika mereka menguasai sub sector pendidikan tinggi,
pendidikan seumur hayat, pendidikan vocasional dan pendidikan profesi maka
mereka akan diperoleh tenaga terdidik
yang murah yang siap dipekerjakan pada perusahaan asing ataupun nasional. Hal
ini sangat terdukung dengan tidak pedulinya pemerintah dan DPR terhadap masalah
pendidikan sehingga kualitas pendidikan sagat rendah, hal ini diperparah dengan
prilaku korup yang menghabisi dana anggaran pendidikan, dengan demikian
Negara-negara kapitalis melenggang berbisnis jasa pendidikan dengan
berinvestasi di sector pendidikan Indonesia dengan payung hukum yang tersedia
buah karya penguasa negeri ini.
Neoliberalis sebagai
rezim abad modern masuk melalui penyusunan kurikulum dengan menancapkan
pemikiran kapitalistik, individual, sehingga baik secara ideologis maupun
politik pendidikan tidak mampu menanamkan pemikiran dan nilai-nilai yang mampu
ditanamkan serta pendidikan tidak mampu melahirkan ilmu pengetahuan
danteknologi, melainkan hanya melahirkan kaum buruh.
RUU PT dan otonomi
kampus menyisakan permaslahan yang tak kunjung selesai, pasalnya kendatipun RUU
menyatakan mahasiswa hanya membayar 1/3 jumalh besarnya dana pendidikan namun
realitanya terjadi banyak penyimpangan.
Liberalism secara social membuka kesenjangan social yang semakin lebar,
pendidikan hnya dapat dinikmati oleh orang kaya sementara orang miskin akan
semakin sulit mendapatkan pendidikan yang layak.
Nasional sudah sangat jauh dari nilai-nilai,
pendidikan tidak membangun Negara, hanya menciptakan buruh dan tenaga kasar.
Pendidikan secara umum tidak memiliki kualitas yang layak, hal itu pun tidak
juga menjadi perhatian pemerintah. Dalam perkara ini pemerintah tidak membuat
system yang kuat dengan cara membangun pendidikan yang layak dan bermutu,
pemikir tidak lahir dari pendidikan, pemerintah seharusnya melindungi rakyatnya
dari kebodohan bukan malah sebaliknya membuat bodoh.
Para pendidik
dipersempit paradigm terhadap tugasnya yang dialihkan menjadi pekerjaan profesi
dengan memperhitungkan materi berdasarkan profsi guru, mengajar bukan lagi
tanggung jawab secara moral, jelas jauh dari nilai-nilai. Siswa dan mahasiswa
sudah terkontamisasi dan dicecoki pikiran-pikiran capital dan pragmatis,
berpikir untung rugi dan bisa mendapatkan pekerjaan setelah selesai sekolah,
tanpa memperhatikan kualitan dan ilmu yang dimiliki, hal ini tentu saja akan
sangat memudahkan bangsa liberalis untuk menguasai negeri Indonesia yang kaya
dengan SDA. SDM Indonsia yang rendah dan hanya berpikir kerja dan mendapatkan
upah, tidak akan sadar kalau sebenarnya harta negeri Indonesia sedang digerogoti oleh kaum
kapitalis.
Kaum kapitalis,
neoliberalis, sangat dengan mudah
menguasai negeri Indonesia mulai dari SDA sampai kepala kebijakan politik,
sehingga Indonesia hanya sebuah Negara yang berpenduduk boneka-boneka hidup
bagaikan robot. Hampa dan akhirnya Indonesia akan hancur dengan mudah.
Sebagai pendidik
seharusnya segera menyadari terhadap scenario para kapitalis, dengan menyibukan
guru dengan aturan-aturan administrative, iming-iming kesejahteraan,
pengangkatan dan peningkatan status para pendidik seharusnya jangan membutakan
mata hati sehingga pendidik berlomba-lomba melakukan sogok menyogok, meninggalkan
tugas dan keawajiban serta jauh dari pesan moral terhadap anak didik.
Perombakan kurikulum
agar peserta didik, pendidik dan penyelenggara pendidikan tidak dikebiri dengan
aturan yang merugikan. Pemerintah harus berani mengambil sikap dan tindakan
dengan melindungi masyarakat dengan paying hukum yang jelas, agar system
pendidikan mampu membangun Negara.
Tetapi hal ini tentu
saja tidak akan dapat terwujud apabila tidak segera diambil tindakan secara
sistemik, baik pendidik, pemerintah maupun masyarakat. Tetapi kunci perbaikan
dan kemajuan pendidikan terletak kepada penguasa, jika penguasa tidak peduli
dan hanya mencari keuntungan secara pribadi sebagai fee dari kaum liberal maka
semuanya tentu tidak aka nada gunanya. Pendidik dan peserta didik hanya sebagai
obyek penderita semata dari kebijakan pemerintah.
PARADIGMA
PEMAHAMAN AGAMA
Paradigm pemahaman
agama selama ini merupakan doktrin yang telah terpatri di dalam pikiran, agama
adalah aturan yang baku dan tidak boleh ditawar dengan alas an apapun. Paradigm
beragama selama ini sering dikaitkan dengan contoh-contoh yang diperlihatka
Rasulullah pada zamannya. Memahami segala persoalan dikaitkan dengan nash-nash
yang belum ditafsirkan dengan sempurna.
Defragmentasi paradigm
pemahaman keagamaan, kerangka berfikir dalam kehidupan harus diperbaiki dulu
pada tataran paradigm. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, kebebasan
memilih inilah dapat dipergunakan untuk memperbaiki paradigm.
Takdir dipahami dalam
paradigm bahwa terdapat empat perkara yakni kelahiran, kematian, rizki dan
jodoh sudah ditentukan Tuhan tanpa manusia mampu menolak atau melakukan tawar
menawar kepada Tuhan. Tuhan mempunyai hak proregatif atas empat perkara.
Manusia hanya menerima dan wajib mensyukuri.
Manusia diberikan
kewenangan untuk mengajak kebaikan, tetapi hasilnya tetap bergantung kepada
ketentuan Tuhan, manusia dalam perkara ini tidak memiliki hak untuk menentukan
jalan hidup orang lain, kecuali hanya Tuhan saja yang memberikan petunjuk
kepada seseorang sehingga ia menjadi beriman.
Konsp bahwa Tuhan akan membantu setiap kesulitan dengan jalan
mengabulkan do’a yang dipanjatkan, kesulitan akan diberikan pertolongan asalkan
manusia sabar dan shalat.
Dalam memahami takdir,
bukanlah sikap menerima apa adanya pemberian Tuhan, tetapi manusia diberikan
kebebasan berfikir dan memikirkan kehidupannya yang berhubungan dengan
kelahiran, kematian, kematian seperti apa yang diharapkan husnul khatimah atau
suul khatimah itu tergantung kepada usaha yang dilakukan manusia selama
hidupnya. Rizki, manusia bisa mendapatkan rizki yang berlebih atau hidup
kekurangan itu dikarenakan usaha yang dilakukan manusia dala bekerja dan
mencari harta. Jodoh, manusia dapat memilih jodoh yang terbaik sesuai dengan pilihannya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan prinsip hidup.
Manusia memiliki
potensi mengajarkan kebaikan, menebarkan ilmu dan mengajak kepada siapapun
dalam berbuat kebaikan, orang lain mengikuti atau tidak, memutuskan bersama
kita melakukan kebaikan atau tidak itu berdasarkan seberapa kuat ajakan kita
dan seberapa orang tersebut tertarik untuk mengikuti jejak kita. Tuhan tidak
akan memberikan petunjuk jika manusia tidak menginginkan petunjuk itu, jadi
petunjuk atau kebaikan manusialah yang menjadikannya sehingga mewujud.
Tindakan sabar, sabar
bukan lah suatu tindakan berdiam diri ketika mendapatkan kesulitan, doa’a dan
shalat yang dipanjatkan kepada Tuhan dengan pengharapan Tuhan memberikan
kemudahan. Manusia bisa melakukan usaha dan kerja keras selain berdoa,. Manusia
mampu berbuat sesuatu untuk melawan serta melepaskan kesulitannya dengan jalan
melakukan silaturahmi, mencari solusi dengan pihak lain sehingga kesulitan
dapat teratasi dengan lebih real, misalnya seseorang yang memiliki hutang dan
tidak mampu mebayar, maka ia bisa meminta dispensasi untuk pengunduran waktu
tempo pembayaran dengan cara
berkomunikasi dengan pihak yang memimjamkan hutang sedang ia berusaha
samapi pada kemampuan membayar.
Kesimpulannya :
tindakan Tuhan, atau perbuatan Tuhan tidak lah serta merta hadir karena kita
berbuat baik dan melakukan shalat semata, tetapi harus disempurnakan dengan
ikhtiar dan usaha yang sungguh-sungguh sehingga Tuhan memberikan pertolonganNya
sesuai dengan usaha yang kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar