Minggu, 02 September 2012


GLOBALISASI DUNIA PENDIDIKAN

Fakta bahwa Pendidikan Bangsa Indonesia berkiblat kepada neoliberalis semakin terasa dampaknya, hal itu tentu saja karena kewajiban  bagi Negara-nregara anggota WTO dengan kesepakatan GATS (General Agreement on Trade in Service) yang mengatur perdagangan 12 sektor jasa antaralain layanan kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, jasa akuntansi dan pendidikan selama hayat, serta jasa-jasa lainnya.
Negara-negara kapitalis sangat menginginkan liberalis pendidikan , karena dengan begitu negaranya mendapatkan keuntungan dari ekspor jasa pendidikan. AS mengantongi keuntungan sebesar US $ 14 Milyar atau Rp 126 Trilyun dari jasa pendidikan, sungguh nilai yang sangat fantastis.
Indonesia merupakan  pasar jasa pendidikan yang sangat potensial, dengan jumlah penduduk  sekitar 215 juta. Jika mereka menguasai sub sector pendidikan tinggi, pendidikan seumur hayat, pendidikan vocasional dan pendidikan profesi maka mereka  akan diperoleh tenaga terdidik yang murah yang siap dipekerjakan pada perusahaan asing ataupun nasional. Hal ini sangat terdukung dengan tidak pedulinya pemerintah dan DPR terhadap masalah pendidikan sehingga kualitas pendidikan sagat rendah, hal ini diperparah dengan prilaku korup yang menghabisi dana anggaran pendidikan, dengan demikian Negara-negara kapitalis melenggang berbisnis jasa pendidikan dengan berinvestasi di sector pendidikan Indonesia dengan payung hukum yang tersedia buah karya penguasa negeri ini. 
Neoliberalis sebagai rezim abad modern masuk melalui penyusunan kurikulum dengan menancapkan pemikiran kapitalistik, individual, sehingga baik secara ideologis maupun politik pendidikan tidak mampu menanamkan pemikiran dan nilai-nilai yang mampu ditanamkan serta pendidikan tidak mampu melahirkan ilmu pengetahuan danteknologi, melainkan hanya melahirkan kaum buruh.
RUU PT dan otonomi kampus menyisakan permaslahan yang tak kunjung selesai, pasalnya kendatipun RUU menyatakan mahasiswa hanya membayar 1/3 jumalh besarnya dana pendidikan namun realitanya terjadi banyak penyimpangan.  Liberalism secara social membuka kesenjangan social yang semakin lebar, pendidikan hnya dapat dinikmati oleh orang kaya sementara orang miskin akan semakin sulit mendapatkan pendidikan yang layak.

Nasional sudah sangat jauh dari nilai-nilai, pendidikan tidak membangun Negara, hanya menciptakan buruh dan tenaga kasar. Pendidikan secara umum tidak memiliki kualitas yang layak, hal itu pun tidak juga menjadi perhatian pemerintah. Dalam perkara ini pemerintah tidak membuat system yang kuat dengan cara membangun pendidikan yang layak dan bermutu, pemikir tidak lahir dari pendidikan, pemerintah seharusnya melindungi rakyatnya dari kebodohan bukan malah sebaliknya membuat bodoh.
Para pendidik dipersempit paradigm terhadap tugasnya yang dialihkan menjadi pekerjaan profesi dengan memperhitungkan materi berdasarkan profsi guru, mengajar bukan lagi tanggung jawab secara moral, jelas jauh dari nilai-nilai. Siswa dan mahasiswa sudah terkontamisasi dan dicecoki pikiran-pikiran capital dan pragmatis, berpikir untung rugi dan bisa mendapatkan pekerjaan setelah selesai sekolah, tanpa memperhatikan kualitan dan ilmu yang dimiliki, hal ini tentu saja akan sangat memudahkan bangsa liberalis untuk menguasai negeri Indonesia yang kaya dengan SDA. SDM Indonsia yang rendah dan hanya berpikir kerja dan mendapatkan upah, tidak akan sadar kalau sebenarnya  harta negeri  Indonesia sedang digerogoti oleh kaum kapitalis.
Kaum kapitalis, neoliberalis, sangat dengan  mudah menguasai negeri Indonesia mulai dari SDA sampai kepala kebijakan politik, sehingga Indonesia hanya sebuah Negara yang berpenduduk boneka-boneka hidup bagaikan robot. Hampa dan akhirnya Indonesia akan hancur dengan mudah.
Sebagai pendidik seharusnya segera menyadari terhadap scenario para kapitalis, dengan menyibukan guru dengan aturan-aturan administrative, iming-iming kesejahteraan, pengangkatan dan peningkatan status para pendidik seharusnya jangan membutakan mata hati sehingga pendidik berlomba-lomba melakukan sogok menyogok, meninggalkan tugas dan keawajiban serta jauh dari pesan moral terhadap anak didik.
Perombakan kurikulum agar peserta didik, pendidik dan penyelenggara pendidikan tidak dikebiri dengan aturan yang merugikan. Pemerintah harus berani mengambil sikap dan tindakan dengan melindungi masyarakat dengan paying hukum yang jelas, agar system pendidikan mampu membangun Negara.
Tetapi hal ini tentu saja tidak akan dapat terwujud apabila tidak segera diambil tindakan secara sistemik, baik pendidik, pemerintah maupun masyarakat. Tetapi kunci perbaikan dan kemajuan pendidikan terletak kepada penguasa, jika penguasa tidak peduli dan hanya mencari keuntungan secara pribadi sebagai fee dari kaum liberal maka semuanya tentu tidak aka nada gunanya. Pendidik dan peserta didik hanya sebagai obyek penderita semata dari kebijakan pemerintah.


PARADIGMA PEMAHAMAN AGAMA

 Paradigm pemahaman agama selama ini merupakan doktrin yang telah terpatri di dalam pikiran, agama adalah aturan yang baku dan tidak boleh ditawar dengan alas an apapun. Paradigm beragama selama ini sering dikaitkan dengan contoh-contoh yang diperlihatka Rasulullah pada zamannya. Memahami segala persoalan dikaitkan dengan nash-nash yang belum ditafsirkan dengan sempurna.
Defragmentasi paradigm pemahaman keagamaan, kerangka berfikir dalam kehidupan harus diperbaiki dulu pada tataran paradigm. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, kebebasan memilih inilah dapat dipergunakan untuk memperbaiki paradigm.
Takdir dipahami dalam paradigm bahwa terdapat empat perkara yakni kelahiran, kematian, rizki dan jodoh sudah ditentukan Tuhan tanpa manusia mampu menolak atau melakukan tawar menawar kepada Tuhan. Tuhan mempunyai hak proregatif atas empat perkara. Manusia hanya menerima dan wajib mensyukuri.
Manusia diberikan kewenangan untuk mengajak kebaikan, tetapi hasilnya tetap bergantung kepada ketentuan Tuhan, manusia dalam perkara ini tidak memiliki hak untuk menentukan jalan hidup orang lain, kecuali hanya Tuhan saja yang memberikan petunjuk kepada seseorang sehingga ia menjadi beriman.  Konsp bahwa Tuhan akan membantu setiap kesulitan dengan jalan mengabulkan do’a yang dipanjatkan, kesulitan akan diberikan pertolongan asalkan manusia sabar dan shalat.

Dalam memahami takdir, bukanlah sikap menerima apa adanya pemberian Tuhan, tetapi manusia diberikan kebebasan berfikir dan memikirkan kehidupannya yang berhubungan dengan kelahiran, kematian, kematian seperti apa yang diharapkan husnul khatimah atau suul khatimah itu tergantung kepada usaha yang dilakukan manusia selama hidupnya. Rizki, manusia bisa mendapatkan rizki yang berlebih atau hidup kekurangan itu dikarenakan usaha yang dilakukan manusia dala bekerja dan mencari harta. Jodoh, manusia dapat memilih jodoh yang terbaik sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan prinsip hidup.
Manusia memiliki potensi mengajarkan kebaikan, menebarkan ilmu dan mengajak kepada siapapun dalam berbuat kebaikan, orang lain mengikuti atau tidak, memutuskan bersama kita melakukan kebaikan atau tidak itu berdasarkan seberapa kuat ajakan kita dan seberapa orang tersebut tertarik untuk mengikuti jejak kita. Tuhan tidak akan memberikan petunjuk jika manusia tidak menginginkan petunjuk itu, jadi petunjuk atau kebaikan manusialah yang menjadikannya sehingga mewujud.
Tindakan sabar, sabar bukan lah suatu tindakan berdiam diri ketika mendapatkan kesulitan, doa’a dan shalat yang dipanjatkan kepada Tuhan dengan pengharapan Tuhan memberikan kemudahan. Manusia bisa melakukan usaha dan kerja keras selain berdoa,. Manusia mampu berbuat sesuatu untuk melawan serta melepaskan kesulitannya dengan jalan melakukan silaturahmi, mencari solusi dengan pihak lain sehingga kesulitan dapat teratasi dengan lebih real, misalnya seseorang yang memiliki hutang dan tidak mampu mebayar, maka ia bisa meminta dispensasi untuk pengunduran waktu tempo pembayaran dengan cara  berkomunikasi dengan pihak yang memimjamkan hutang sedang ia berusaha samapi   pada kemampuan membayar.
Kesimpulannya : tindakan Tuhan, atau perbuatan Tuhan tidak lah serta merta hadir karena kita berbuat baik dan melakukan shalat semata, tetapi harus disempurnakan dengan ikhtiar dan usaha yang sungguh-sungguh sehingga Tuhan memberikan pertolonganNya sesuai dengan usaha yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar